Sunday, 14 November 2010

CATATAN HATI SI BUNGSU

ayah meninggal

kata kata yang sama sekali nggak pernah diinginkan untuk didengar oleh semua anak.
adik sepupu ku mengalaminya.

2 november 2010

paman ku meninggal dunia karena serangan jantung.

pagi hari tanggal 2 november, beliau pergi ketempat pengiriman barang untuk mengirim motor ke bandung, tempat abang sepupuku.
sehabis pulang dari sana dia pergi menuju kampus tempat dia mengajar. tidak ada yang tahu pasti selanjutnya.
ada cerita ditengah perjalanan beliau merasa kakinya mati rasa sehingga beliau langsung memutar arah perjalanannya ke rumah teman beliau.

untung tak dapat ditebak, malang tak dapat ditolak.
beliau pingsan saat di rumah temannya.teman beliau langsung membawa beliau ke rumah sakit  setempat.
kita nggak pernah tau firasat seseorang.
mungkin, bisa saja, teman beliau telah merasa beliau telah pergi.
di badan beliau sudah terpasang banyak alat alat aneh yang tak dapat dimengerti oleh keluargaku.
menurut tanteku, alat medis yang terpasang sempat menunjukkan angka 158/98.

singkat cerita,
semua keluarga berkumpul di rumah sakit dan tangisan keluarga pun pecah.
beliau telah pergi sekarang

3 november 2010

pukul 8 pagi aku sampai di rumah almarhum. rumah kami tak terlalu jauh.
saat aku masuk, aku melihat tubuh kekar itu telah kaku.
senyum indahnya hilang. yaaa sudah hilang.
terlihat olehku nenek ku duduk di sebelah kepala pamanku. bude ku di kakinya dan dia, si bungsu, termenung sambil menundukkan kepala di sebelah ibunya.
tak ada yang tahu pikiran si bungsu saat itu.

"ini benar-benar nggak mungkin", aku kira itu yang telintas di benak si bungsu.

ku peluk bude ku dan akhirnya beberapa orang wanita membuka kain penutup pamanku.
wajahnya diam, biru dan kaku.
sama sekali tak ada senyum yang menghias wajahnya.
tak ada omelan di mulutnya.
dia benar-benar telah pergi.

tangis ku pecah. sama sekali tak bisa dibendung.
wajar. hanya kata itu yang bisa aku ucapkan.
ya wajar. sangat wajar.

untuk pertama dan terakhir kalinya.
aku mencium beliau.
aku mencium kening nya.
sama sekali tak ada rasa hangat seperti biasa.
yang terasa benar-benar dingin. sangat dingin.
sekali lagi aku sadar bahwa dia benar benar telah pergi.

si bungsu hanya bisa menangis. berteriak. meneriakan kata "AYAH".
tapi ayah hanya bisa diam. sama sekali tak menjawab panggilan anak perempuan yang selalu dimanjakannya.

No comments:

Post a Comment